Islam adalah agama yang lengkap-komprehensif. Segala ajaran, arahan, dan larangannya merangkum segala aspek kehidupan manusia. Al Quran diturunkan sebagai kitabullah yang berisi aneka panduan dan hidayah bagi seluruh umat manusia –isinya lengkap dengan segala kandungan dari segi aqidah, ibadah, perundang-undangan, akhlak, sejarah dan sebagainya. Al Quran disampaikan secara mutawatir dan merupakan kitab yang sentiasa dipelihara isi kandungannya oleh Allah dari penyelewengan oleh tangan manusia-manusia yang tak bertanggung jawab.
Al-Quran adalah mukjizat Rasulullah saw. yang senantiasa selaras dalam setiap zaman, tempat, dan keadaan. Untuk fungsi tersebut, Al-Quran dilengkapi dengan penafsiran guna memudahkan kalangan awam memahami kandungan Al-Quran dan kandungannya.
Penafsiran yang dilakukan tanpa kehati-hatian memungkinkan masuknya unsur-unsur Israiliyyat dan khurafat ke dalam tafsir. Unsur-unsur Israiliyyat ini mudah terserap ke dalam kitab tafsir akibat sikap penafsir yang cenderung menganggap enteng bahan tafsir yang mereka pakai. Mereka menukilkan kisah ke dalam tafsir mereka tanpa menganalisa kesahihan cerita.
Ada banyak kalangan ahli tafsir zaman dahulu dan sekarang yang memasukkan unsur-unsur Israiliyyat dalam penafsiran mereka. Unsur-unsur tersebut biasanya banyak terserak dalam menggambarkan kisah atau cerita para nabi dan rasul. Faktor ini tak pelak lagi menjadi penyebab kelemahan dalam tafsir ma’tsur.
Kata ‘Israiliyyat’ adalah kata jamak. Mufradnya berasal dari kata Israiliyyah, yang dinisbatkan kepada Bani Israil (keturunan Israil). Sementara, Israil adalah gelar bagi Nabi Yakub as. yang berarti Abdullah atau hamba Allah. Jadi, Bani Israil atau keturunan Israil berarti keturunan Nabi Yakub as.
Keturunan Nabi Yakub as. atau Bani Israil dikenal pula dengan sebutan Yahudi. Yahudi berasal dari kataYahuda, salah satu suku dalam Bani Israil yang jumlah anggotanya paling banyak. Karena hal itu, Bani Israel identik dengan kata Yahudi, walau tidak semua orang Bani Israel termasuk dalam suku Yahuda. Suku Yahuda sendiri merupakan keturunan dari Yahuda bin Yakub, salah satu dari duabelas putera Nabi Yakub as.
Definisi Israiliyyat, menurut sebagian besar ahli tafsir, ialah kisah-kisah bernuansa Yahudi yang terserap masuk ke dalam tradisi Islam melalui tafsir Al Quran yang banyak terjadi di zaman tabi’in. Bahkan sebagian ulama tafsir dan hadits mendefinisikan Israiliyyat sebagai kisah-kisah yang sengaja diciptakan dan disusupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir Al Qur’an dengan tujuan untuk merusak kesucian Islam dan Al Qur’an (Al Zahabi 1990: 13).
Secara umum, riwayat Israiliyyat dapat digolongkan menjadi tiga jenis riwayat:
1. Riwayat Israiliyyat yang sahih dan bertepatan dengan nash-nash Al Quran dan Sunnah.
Riwayat Israiliyyat jenis ini didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Tak ada keraguan dalam riwayat Israiliyyat jenis ini, sudah pasti benar dan dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini wajib diriwayatkan dan diyakini kebenarannya.
2. Israiliyyat yang bertentangan dengan nash Al Quran dan Sunnah, serta bertentangan dengan akal sehat.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Riwayat Israiliyyat jenis ini sangat diragukan kebenarannya dan tidak dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini haram diriwayatkan dan wajib ditolak diyakini kebenarannya.
3. Riwayat Israiliyyat yang tidak didukung nash-nash Al Quran dan Sunnah, namun tidakbertentangan dengan akal sehat dan logika Islami.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw, namun ada kemungkinan bahwa riwayat Israiliyyat jenis ini mengandung kebenaran dan dapat diterima oleh akal sehat dan logika islami. Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak haram dan tidak pula wajib untuk diriwayatkan dan juga tidak haram juga tidak wajib diyakini kebenarannya.
Masuknya Riwayat Israiliyyat kedalam tafsir Qur’an merupakan hal yang sulit dihindari sejak zaman dahulu. Ini terkait langsung dengan asimilasi tsaqafah Bani Israel yang bermigrasi kesemenanjung Arabia ke dalam tsaqafah bangsa Arab di masa pra-Islam.bersama hijrahnya Bani Israel ke semenanjung arabia, mereka membawa pula tafsir dan landasan agama mereka yang kemudian mereka wariskan dari generasi ke generasi di dalam kalangan mereka.
Tafsir dan landasan agama Yahudi memiliki posisi kuat dalam tradisi bangsa Israel di manapun mereka berada karena mereka memiliki sebuah sistem pendidikan agama terpadu yang mereka ajarkan dalam sekolah-sekolah agama yang mereka namakan El-Midras. Tempat pendidikan itu terintegrasi pula dengan rumah peribadatan mereka, Sinagoga.
Ketika ajaran Islam dan kitabullah lahir dan tersebar di kalangan penduduk Semenanjung Arab, Rasulullah saw. membangun pusat negara Islam di Madinah al-Munawwarah. Guna mendidik para sahabat, Rasulullah saw. menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di Masjid Madinah. Di kota Madinah terletak permukiman beberapa golongan Yahudi seperti Bani Qainuqa’, Bani Quraidzah, dan Bani Nadir. Sementara di sekitar Madinah, ada banyak umat Yahudi yang bermukim di Khaibar, Taima’ dan Fadak.
Ketika itu, ada beberapa kalangan ulama ahli Kitab di Madinah yang ikut memeluk Islam, seperti Abdullah bin Salam ra. Beliau dan orang semacamnya menjadi sumber rujukan bagi para sahabat untuk menanyakan secara rinci beberapa kisah yang ada dalam kitab Al Quran dan kebetulan juga ada didalam Taurat.
Walau begitu, para sahabat tidak mempercayai mentah-mentah apa yang diceritakan kepada mereka. Malah mereka sering menyangkal kisah-kisah yang tak masuk akal dengan dalil akal dan juga syara’. Mereka hanya menerima apa yang bisa diterima oleh akal sehat dan syara’ dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keduanya. Selainitu, para sahabat membiarkan beberapa perkara yang tidak jelas tentang benar atau salahnya.
Ada beberapa kisah Israiliyyat yang kemudian menyebabkan kekeliruan dan mengganggu kemurnian ajaran Islam. Kisah-kisah tersebut biasanya yang berbumbu dongeng dan khurafat, yang bertentangan dengan akal sehat dan Syara’. Implikasi dari kisah-kisah macam ini sangat dalam, misalnya:
1. Dalam Riwayat Israiliyyat terdapat unsur-unsur penafikkan terhadap sifat maksum para Nabiyullah dan Rasulullah, serta menggambarkan mereka dengan imaji kekejian dan aib yang tidak layak bagi manusia yang dimuliakan oleh wahyu Allah. Sebagai contoh misalnya kisah bahwa Nabi Nuh as. minum anggur sampai mabuk dan telanjang, kisah bahwa Nabi Luth as. berzina dengan dua orang putri kandungnya, kisah bahwa Nabi Daud as. menzinahi istri panglimanya -Aurya, kisah bahwa Nabi Sulaiman as. menyembah patung-patung dan membangun kuil-kuil pemujaan untuk menyenangkan istri-istrinya,
2. Riwayat-Riwayat Israiliyyat berpotensi menyimpangkan kepercayaan umat Islam terhadap sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat dan Tabi’in. Ada banyak dongeng Israiliyyat yang riwayatnya dinisbatkan kepada kalangan salafus salih yang terkenal karena keadilannya dan reputasinya yang dapat dipercaya. Sebagian dari mereka bahkan terkenal di kalangan orang-orang Islam dengan tafsir dan Hadits yang diriwayatkannya. Mereka yang namyanya dicatut antara lain Abu Hurairah ra., Abdullah bin Salam ra., Ka’ab Al Ahbar, dan Wahab bin Munabih.
3. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi untuk memalingkan manusia dari tujuan Al Quran yang sesungguhnya dan dapat melalaikan umat dari pelajaran dan pemahaman maksud ayat-ayat Al-Quran, melalaikan umat dari pengambilan manfaat dan iktibar, serta nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya atau pemahaman tentang hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi memalingkan umat kepada perkara sia-sia. Misalnya membahas warna anjing Ashabul Kahfi dan namanya, membahas kayu bahan tongkat Nabi Musa as., membahas tentang nama anak kecil yang dibunuh oleh Khidir dan sebagainya.
Inilah akibat Riwayat Israiliyyat terhadap aqidah umat Islam dan juga terhadap kesucian ajaran Islam. Kaum Yahudi selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikis aqidah dan melemahkan kepercayaan umat Islam terhadap Al-Quran dan Al-Hadits. Mereka juga berusaha menggoyang kepercayaan umat Islam terhadap golongan salafussalih yang memiliki peran dalam memikul risalah umat Islam dan menyebarkannya ke segala penjuru dunia. Karena itu, umat Islam perlu mencermati dan memperhatikan serta mempertimbangkan penyerapan Riwayat Israiliyyat dalam tafsir-tafsir dan menyaringnya (Al-Zahabi 1990: 29-34).
Sumber:
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. 1990. al-Israiliyyat fi al-Tafsir wa al-Hadith. Qaherah:Maktabah Wahbah.
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. t.th. al-Tafsir wa al-mufassirun. Qaherah: Maktabah Wahbah.
· Mazlan Ibrahim & Ahmed Kamel Mohamad. 2004. Israiliyyat dalam Kitab Tafsir Anwar Baidhawi.Selangor: Jabatan Usuluddin dan Falsafah Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia
· Ibn Khaldun. Abd al-Rahman b. Khaldun al-Maghribi. 1968. Muqaddimah Ibn Khaldun. Beirut: Dar Maktabah al-Hayat.
Al-Quran adalah mukjizat Rasulullah saw. yang senantiasa selaras dalam setiap zaman, tempat, dan keadaan. Untuk fungsi tersebut, Al-Quran dilengkapi dengan penafsiran guna memudahkan kalangan awam memahami kandungan Al-Quran dan kandungannya.
Penafsiran yang dilakukan tanpa kehati-hatian memungkinkan masuknya unsur-unsur Israiliyyat dan khurafat ke dalam tafsir. Unsur-unsur Israiliyyat ini mudah terserap ke dalam kitab tafsir akibat sikap penafsir yang cenderung menganggap enteng bahan tafsir yang mereka pakai. Mereka menukilkan kisah ke dalam tafsir mereka tanpa menganalisa kesahihan cerita.
Ada banyak kalangan ahli tafsir zaman dahulu dan sekarang yang memasukkan unsur-unsur Israiliyyat dalam penafsiran mereka. Unsur-unsur tersebut biasanya banyak terserak dalam menggambarkan kisah atau cerita para nabi dan rasul. Faktor ini tak pelak lagi menjadi penyebab kelemahan dalam tafsir ma’tsur.
Kata ‘Israiliyyat’ adalah kata jamak. Mufradnya berasal dari kata Israiliyyah, yang dinisbatkan kepada Bani Israil (keturunan Israil). Sementara, Israil adalah gelar bagi Nabi Yakub as. yang berarti Abdullah atau hamba Allah. Jadi, Bani Israil atau keturunan Israil berarti keturunan Nabi Yakub as.
Keturunan Nabi Yakub as. atau Bani Israil dikenal pula dengan sebutan Yahudi. Yahudi berasal dari kataYahuda, salah satu suku dalam Bani Israil yang jumlah anggotanya paling banyak. Karena hal itu, Bani Israel identik dengan kata Yahudi, walau tidak semua orang Bani Israel termasuk dalam suku Yahuda. Suku Yahuda sendiri merupakan keturunan dari Yahuda bin Yakub, salah satu dari duabelas putera Nabi Yakub as.
Definisi Israiliyyat, menurut sebagian besar ahli tafsir, ialah kisah-kisah bernuansa Yahudi yang terserap masuk ke dalam tradisi Islam melalui tafsir Al Quran yang banyak terjadi di zaman tabi’in. Bahkan sebagian ulama tafsir dan hadits mendefinisikan Israiliyyat sebagai kisah-kisah yang sengaja diciptakan dan disusupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir Al Qur’an dengan tujuan untuk merusak kesucian Islam dan Al Qur’an (Al Zahabi 1990: 13).
Secara umum, riwayat Israiliyyat dapat digolongkan menjadi tiga jenis riwayat:
1. Riwayat Israiliyyat yang sahih dan bertepatan dengan nash-nash Al Quran dan Sunnah.
Riwayat Israiliyyat jenis ini didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Tak ada keraguan dalam riwayat Israiliyyat jenis ini, sudah pasti benar dan dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini wajib diriwayatkan dan diyakini kebenarannya.
2. Israiliyyat yang bertentangan dengan nash Al Quran dan Sunnah, serta bertentangan dengan akal sehat.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Riwayat Israiliyyat jenis ini sangat diragukan kebenarannya dan tidak dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini haram diriwayatkan dan wajib ditolak diyakini kebenarannya.
3. Riwayat Israiliyyat yang tidak didukung nash-nash Al Quran dan Sunnah, namun tidakbertentangan dengan akal sehat dan logika Islami.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw, namun ada kemungkinan bahwa riwayat Israiliyyat jenis ini mengandung kebenaran dan dapat diterima oleh akal sehat dan logika islami. Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak haram dan tidak pula wajib untuk diriwayatkan dan juga tidak haram juga tidak wajib diyakini kebenarannya.
Masuknya Riwayat Israiliyyat kedalam tafsir Qur’an merupakan hal yang sulit dihindari sejak zaman dahulu. Ini terkait langsung dengan asimilasi tsaqafah Bani Israel yang bermigrasi kesemenanjung Arabia ke dalam tsaqafah bangsa Arab di masa pra-Islam.bersama hijrahnya Bani Israel ke semenanjung arabia, mereka membawa pula tafsir dan landasan agama mereka yang kemudian mereka wariskan dari generasi ke generasi di dalam kalangan mereka.
Tafsir dan landasan agama Yahudi memiliki posisi kuat dalam tradisi bangsa Israel di manapun mereka berada karena mereka memiliki sebuah sistem pendidikan agama terpadu yang mereka ajarkan dalam sekolah-sekolah agama yang mereka namakan El-Midras. Tempat pendidikan itu terintegrasi pula dengan rumah peribadatan mereka, Sinagoga.
Ketika ajaran Islam dan kitabullah lahir dan tersebar di kalangan penduduk Semenanjung Arab, Rasulullah saw. membangun pusat negara Islam di Madinah al-Munawwarah. Guna mendidik para sahabat, Rasulullah saw. menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di Masjid Madinah. Di kota Madinah terletak permukiman beberapa golongan Yahudi seperti Bani Qainuqa’, Bani Quraidzah, dan Bani Nadir. Sementara di sekitar Madinah, ada banyak umat Yahudi yang bermukim di Khaibar, Taima’ dan Fadak.
Ketika itu, ada beberapa kalangan ulama ahli Kitab di Madinah yang ikut memeluk Islam, seperti Abdullah bin Salam ra. Beliau dan orang semacamnya menjadi sumber rujukan bagi para sahabat untuk menanyakan secara rinci beberapa kisah yang ada dalam kitab Al Quran dan kebetulan juga ada didalam Taurat.
Walau begitu, para sahabat tidak mempercayai mentah-mentah apa yang diceritakan kepada mereka. Malah mereka sering menyangkal kisah-kisah yang tak masuk akal dengan dalil akal dan juga syara’. Mereka hanya menerima apa yang bisa diterima oleh akal sehat dan syara’ dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keduanya. Selainitu, para sahabat membiarkan beberapa perkara yang tidak jelas tentang benar atau salahnya.
Ada beberapa kisah Israiliyyat yang kemudian menyebabkan kekeliruan dan mengganggu kemurnian ajaran Islam. Kisah-kisah tersebut biasanya yang berbumbu dongeng dan khurafat, yang bertentangan dengan akal sehat dan Syara’. Implikasi dari kisah-kisah macam ini sangat dalam, misalnya:
1. Dalam Riwayat Israiliyyat terdapat unsur-unsur penafikkan terhadap sifat maksum para Nabiyullah dan Rasulullah, serta menggambarkan mereka dengan imaji kekejian dan aib yang tidak layak bagi manusia yang dimuliakan oleh wahyu Allah. Sebagai contoh misalnya kisah bahwa Nabi Nuh as. minum anggur sampai mabuk dan telanjang, kisah bahwa Nabi Luth as. berzina dengan dua orang putri kandungnya, kisah bahwa Nabi Daud as. menzinahi istri panglimanya -Aurya, kisah bahwa Nabi Sulaiman as. menyembah patung-patung dan membangun kuil-kuil pemujaan untuk menyenangkan istri-istrinya,
2. Riwayat-Riwayat Israiliyyat berpotensi menyimpangkan kepercayaan umat Islam terhadap sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat dan Tabi’in. Ada banyak dongeng Israiliyyat yang riwayatnya dinisbatkan kepada kalangan salafus salih yang terkenal karena keadilannya dan reputasinya yang dapat dipercaya. Sebagian dari mereka bahkan terkenal di kalangan orang-orang Islam dengan tafsir dan Hadits yang diriwayatkannya. Mereka yang namyanya dicatut antara lain Abu Hurairah ra., Abdullah bin Salam ra., Ka’ab Al Ahbar, dan Wahab bin Munabih.
3. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi untuk memalingkan manusia dari tujuan Al Quran yang sesungguhnya dan dapat melalaikan umat dari pelajaran dan pemahaman maksud ayat-ayat Al-Quran, melalaikan umat dari pengambilan manfaat dan iktibar, serta nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya atau pemahaman tentang hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi memalingkan umat kepada perkara sia-sia. Misalnya membahas warna anjing Ashabul Kahfi dan namanya, membahas kayu bahan tongkat Nabi Musa as., membahas tentang nama anak kecil yang dibunuh oleh Khidir dan sebagainya.
Inilah akibat Riwayat Israiliyyat terhadap aqidah umat Islam dan juga terhadap kesucian ajaran Islam. Kaum Yahudi selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikis aqidah dan melemahkan kepercayaan umat Islam terhadap Al-Quran dan Al-Hadits. Mereka juga berusaha menggoyang kepercayaan umat Islam terhadap golongan salafussalih yang memiliki peran dalam memikul risalah umat Islam dan menyebarkannya ke segala penjuru dunia. Karena itu, umat Islam perlu mencermati dan memperhatikan serta mempertimbangkan penyerapan Riwayat Israiliyyat dalam tafsir-tafsir dan menyaringnya (Al-Zahabi 1990: 29-34).
Sumber:
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. 1990. al-Israiliyyat fi al-Tafsir wa al-Hadith. Qaherah:Maktabah Wahbah.
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. t.th. al-Tafsir wa al-mufassirun. Qaherah: Maktabah Wahbah.
· Mazlan Ibrahim & Ahmed Kamel Mohamad. 2004. Israiliyyat dalam Kitab Tafsir Anwar Baidhawi.Selangor: Jabatan Usuluddin dan Falsafah Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia
· Ibn Khaldun. Abd al-Rahman b. Khaldun al-Maghribi. 1968. Muqaddimah Ibn Khaldun. Beirut: Dar Maktabah al-Hayat.
Islam adalah agama yang lengkap-komprehensif. Segala ajaran, arahan, dan larangannya merangkum segala aspek kehidupan manusia. Al Quran diturunkan sebagai kitabullah yang berisi aneka panduan dan hidayah bagi seluruh umat manusia –isinya lengkap dengan segala kandungan dari segi aqidah, ibadah, perundang-undangan, akhlak, sejarah dan sebagainya. Al Quran disampaikan secara mutawatir dan merupakan kitab yang sentiasa dipelihara isi kandungannya oleh Allah dari penyelewengan oleh tangan manusia-manusia yang tak bertanggung jawab.
Al-Quran adalah mukjizat Rasulullah saw. yang senantiasa selaras dalam setiap zaman, tempat, dan keadaan. Untuk fungsi tersebut, Al-Quran dilengkapi dengan penafsiran guna memudahkan kalangan awam memahami kandungan Al-Quran dan kandungannya.
Penafsiran yang dilakukan tanpa kehati-hatian memungkinkan masuknya unsur-unsur Israiliyyat dan khurafat ke dalam tafsir. Unsur-unsur Israiliyyat ini mudah terserap ke dalam kitab tafsir akibat sikap penafsir yang cenderung menganggap enteng bahan tafsir yang mereka pakai. Mereka menukilkan kisah ke dalam tafsir mereka tanpa menganalisa kesahihan cerita.
Ada banyak kalangan ahli tafsir zaman dahulu dan sekarang yang memasukkan unsur-unsur Israiliyyat dalam penafsiran mereka. Unsur-unsur tersebut biasanya banyak terserak dalam menggambarkan kisah atau cerita para nabi dan rasul. Faktor ini tak pelak lagi menjadi penyebab kelemahan dalam tafsir ma’tsur.
Kata ‘Israiliyyat’ adalah kata jamak. Mufradnya berasal dari kata Israiliyyah, yang dinisbatkan kepada Bani Israil (keturunan Israil). Sementara, Israil adalah gelar bagi Nabi Yakub as. yang berarti Abdullah atau hamba Allah. Jadi, Bani Israil atau keturunan Israil berarti keturunan Nabi Yakub as.
Keturunan Nabi Yakub as. atau Bani Israil dikenal pula dengan sebutan Yahudi. Yahudi berasal dari kataYahuda, salah satu suku dalam Bani Israil yang jumlah anggotanya paling banyak. Karena hal itu, Bani Israel identik dengan kata Yahudi, walau tidak semua orang Bani Israel termasuk dalam suku Yahuda. Suku Yahuda sendiri merupakan keturunan dari Yahuda bin Yakub, salah satu dari duabelas putera Nabi Yakub as.
Definisi Israiliyyat, menurut sebagian besar ahli tafsir, ialah kisah-kisah bernuansa Yahudi yang terserap masuk ke dalam tradisi Islam melalui tafsir Al Quran yang banyak terjadi di zaman tabi’in. Bahkan sebagian ulama tafsir dan hadits mendefinisikan Israiliyyat sebagai kisah-kisah yang sengaja diciptakan dan disusupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir Al Qur’an dengan tujuan untuk merusak kesucian Islam dan Al Qur’an (Al Zahabi 1990: 13).
Secara umum, riwayat Israiliyyat dapat digolongkan menjadi tiga jenis riwayat:
1. Riwayat Israiliyyat yang sahih dan bertepatan dengan nash-nash Al Quran dan Sunnah.
Riwayat Israiliyyat jenis ini didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Tak ada keraguan dalam riwayat Israiliyyat jenis ini, sudah pasti benar dan dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini wajib diriwayatkan dan diyakini kebenarannya.
2. Israiliyyat yang bertentangan dengan nash Al Quran dan Sunnah, serta bertentangan dengan akal sehat.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Riwayat Israiliyyat jenis ini sangat diragukan kebenarannya dan tidak dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini haram diriwayatkan dan wajib ditolak diyakini kebenarannya.
3. Riwayat Israiliyyat yang tidak didukung nash-nash Al Quran dan Sunnah, namun tidakbertentangan dengan akal sehat dan logika Islami.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw, namun ada kemungkinan bahwa riwayat Israiliyyat jenis ini mengandung kebenaran dan dapat diterima oleh akal sehat dan logika islami. Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak haram dan tidak pula wajib untuk diriwayatkan dan juga tidak haram juga tidak wajib diyakini kebenarannya.
Masuknya Riwayat Israiliyyat kedalam tafsir Qur’an merupakan hal yang sulit dihindari sejak zaman dahulu. Ini terkait langsung dengan asimilasi tsaqafah Bani Israel yang bermigrasi kesemenanjung Arabia ke dalam tsaqafah bangsa Arab di masa pra-Islam.bersama hijrahnya Bani Israel ke semenanjung arabia, mereka membawa pula tafsir dan landasan agama mereka yang kemudian mereka wariskan dari generasi ke generasi di dalam kalangan mereka.
Tafsir dan landasan agama Yahudi memiliki posisi kuat dalam tradisi bangsa Israel di manapun mereka berada karena mereka memiliki sebuah sistem pendidikan agama terpadu yang mereka ajarkan dalam sekolah-sekolah agama yang mereka namakan El-Midras. Tempat pendidikan itu terintegrasi pula dengan rumah peribadatan mereka, Sinagoga.
Ketika ajaran Islam dan kitabullah lahir dan tersebar di kalangan penduduk Semenanjung Arab, Rasulullah saw. membangun pusat negara Islam di Madinah al-Munawwarah. Guna mendidik para sahabat, Rasulullah saw. menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di Masjid Madinah. Di kota Madinah terletak permukiman beberapa golongan Yahudi seperti Bani Qainuqa’, Bani Quraidzah, dan Bani Nadir. Sementara di sekitar Madinah, ada banyak umat Yahudi yang bermukim di Khaibar, Taima’ dan Fadak.
Ketika itu, ada beberapa kalangan ulama ahli Kitab di Madinah yang ikut memeluk Islam, seperti Abdullah bin Salam ra. Beliau dan orang semacamnya menjadi sumber rujukan bagi para sahabat untuk menanyakan secara rinci beberapa kisah yang ada dalam kitab Al Quran dan kebetulan juga ada didalam Taurat.
Walau begitu, para sahabat tidak mempercayai mentah-mentah apa yang diceritakan kepada mereka. Malah mereka sering menyangkal kisah-kisah yang tak masuk akal dengan dalil akal dan juga syara’. Mereka hanya menerima apa yang bisa diterima oleh akal sehat dan syara’ dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keduanya. Selainitu, para sahabat membiarkan beberapa perkara yang tidak jelas tentang benar atau salahnya.
Ada beberapa kisah Israiliyyat yang kemudian menyebabkan kekeliruan dan mengganggu kemurnian ajaran Islam. Kisah-kisah tersebut biasanya yang berbumbu dongeng dan khurafat, yang bertentangan dengan akal sehat dan Syara’. Implikasi dari kisah-kisah macam ini sangat dalam, misalnya:
1. Dalam Riwayat Israiliyyat terdapat unsur-unsur penafikkan terhadap sifat maksum para Nabiyullah dan Rasulullah, serta menggambarkan mereka dengan imaji kekejian dan aib yang tidak layak bagi manusia yang dimuliakan oleh wahyu Allah. Sebagai contoh misalnya kisah bahwa Nabi Nuh as. minum anggur sampai mabuk dan telanjang, kisah bahwa Nabi Luth as. berzina dengan dua orang putri kandungnya, kisah bahwa Nabi Daud as. menzinahi istri panglimanya -Aurya, kisah bahwa Nabi Sulaiman as. menyembah patung-patung dan membangun kuil-kuil pemujaan untuk menyenangkan istri-istrinya,
2. Riwayat-Riwayat Israiliyyat berpotensi menyimpangkan kepercayaan umat Islam terhadap sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat dan Tabi’in. Ada banyak dongeng Israiliyyat yang riwayatnya dinisbatkan kepada kalangan salafus salih yang terkenal karena keadilannya dan reputasinya yang dapat dipercaya. Sebagian dari mereka bahkan terkenal di kalangan orang-orang Islam dengan tafsir dan Hadits yang diriwayatkannya. Mereka yang namyanya dicatut antara lain Abu Hurairah ra., Abdullah bin Salam ra., Ka’ab Al Ahbar, dan Wahab bin Munabih.
3. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi untuk memalingkan manusia dari tujuan Al Quran yang sesungguhnya dan dapat melalaikan umat dari pelajaran dan pemahaman maksud ayat-ayat Al-Quran, melalaikan umat dari pengambilan manfaat dan iktibar, serta nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya atau pemahaman tentang hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi memalingkan umat kepada perkara sia-sia. Misalnya membahas warna anjing Ashabul Kahfi dan namanya, membahas kayu bahan tongkat Nabi Musa as., membahas tentang nama anak kecil yang dibunuh oleh Khidir dan sebagainya.
Inilah akibat Riwayat Israiliyyat terhadap aqidah umat Islam dan juga terhadap kesucian ajaran Islam. Kaum Yahudi selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikis aqidah dan melemahkan kepercayaan umat Islam terhadap Al-Quran dan Al-Hadits. Mereka juga berusaha menggoyang kepercayaan umat Islam terhadap golongan salafussalih yang memiliki peran dalam memikul risalah umat Islam dan menyebarkannya ke segala penjuru dunia. Karena itu, umat Islam perlu mencermati dan memperhatikan serta mempertimbangkan penyerapan Riwayat Israiliyyat dalam tafsir-tafsir dan menyaringnya (Al-Zahabi 1990: 29-34).
Sumber:
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. 1990. al-Israiliyyat fi al-Tafsir wa al-Hadith. Qaherah:Maktabah Wahbah.
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. t.th. al-Tafsir wa al-mufassirun. Qaherah: Maktabah Wahbah.
· Mazlan Ibrahim & Ahmed Kamel Mohamad. 2004. Israiliyyat dalam Kitab Tafsir Anwar Baidhawi.Selangor: Jabatan Usuluddin dan Falsafah Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia
· Ibn Khaldun. Abd al-Rahman b. Khaldun al-Maghribi. 1968. Muqaddimah Ibn Khaldun. Beirut: Dar Maktabah al-Hayat.
Al-Quran adalah mukjizat Rasulullah saw. yang senantiasa selaras dalam setiap zaman, tempat, dan keadaan. Untuk fungsi tersebut, Al-Quran dilengkapi dengan penafsiran guna memudahkan kalangan awam memahami kandungan Al-Quran dan kandungannya.
Penafsiran yang dilakukan tanpa kehati-hatian memungkinkan masuknya unsur-unsur Israiliyyat dan khurafat ke dalam tafsir. Unsur-unsur Israiliyyat ini mudah terserap ke dalam kitab tafsir akibat sikap penafsir yang cenderung menganggap enteng bahan tafsir yang mereka pakai. Mereka menukilkan kisah ke dalam tafsir mereka tanpa menganalisa kesahihan cerita.
Ada banyak kalangan ahli tafsir zaman dahulu dan sekarang yang memasukkan unsur-unsur Israiliyyat dalam penafsiran mereka. Unsur-unsur tersebut biasanya banyak terserak dalam menggambarkan kisah atau cerita para nabi dan rasul. Faktor ini tak pelak lagi menjadi penyebab kelemahan dalam tafsir ma’tsur.
Kata ‘Israiliyyat’ adalah kata jamak. Mufradnya berasal dari kata Israiliyyah, yang dinisbatkan kepada Bani Israil (keturunan Israil). Sementara, Israil adalah gelar bagi Nabi Yakub as. yang berarti Abdullah atau hamba Allah. Jadi, Bani Israil atau keturunan Israil berarti keturunan Nabi Yakub as.
Keturunan Nabi Yakub as. atau Bani Israil dikenal pula dengan sebutan Yahudi. Yahudi berasal dari kataYahuda, salah satu suku dalam Bani Israil yang jumlah anggotanya paling banyak. Karena hal itu, Bani Israel identik dengan kata Yahudi, walau tidak semua orang Bani Israel termasuk dalam suku Yahuda. Suku Yahuda sendiri merupakan keturunan dari Yahuda bin Yakub, salah satu dari duabelas putera Nabi Yakub as.
Definisi Israiliyyat, menurut sebagian besar ahli tafsir, ialah kisah-kisah bernuansa Yahudi yang terserap masuk ke dalam tradisi Islam melalui tafsir Al Quran yang banyak terjadi di zaman tabi’in. Bahkan sebagian ulama tafsir dan hadits mendefinisikan Israiliyyat sebagai kisah-kisah yang sengaja diciptakan dan disusupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir Al Qur’an dengan tujuan untuk merusak kesucian Islam dan Al Qur’an (Al Zahabi 1990: 13).
Secara umum, riwayat Israiliyyat dapat digolongkan menjadi tiga jenis riwayat:
1. Riwayat Israiliyyat yang sahih dan bertepatan dengan nash-nash Al Quran dan Sunnah.
Riwayat Israiliyyat jenis ini didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Tak ada keraguan dalam riwayat Israiliyyat jenis ini, sudah pasti benar dan dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini wajib diriwayatkan dan diyakini kebenarannya.
2. Israiliyyat yang bertentangan dengan nash Al Quran dan Sunnah, serta bertentangan dengan akal sehat.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw. Riwayat Israiliyyat jenis ini sangat diragukan kebenarannya dan tidak dapat diterima. Riwayat Israiliyyat jenis ini haram diriwayatkan dan wajib ditolak diyakini kebenarannya.
3. Riwayat Israiliyyat yang tidak didukung nash-nash Al Quran dan Sunnah, namun tidakbertentangan dengan akal sehat dan logika Islami.
Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak didukung oleh kesesuaian dengan riwayat Hadits Rasulullah Saw, namun ada kemungkinan bahwa riwayat Israiliyyat jenis ini mengandung kebenaran dan dapat diterima oleh akal sehat dan logika islami. Riwayat Israiliyyat jenis ini tidak haram dan tidak pula wajib untuk diriwayatkan dan juga tidak haram juga tidak wajib diyakini kebenarannya.
Masuknya Riwayat Israiliyyat kedalam tafsir Qur’an merupakan hal yang sulit dihindari sejak zaman dahulu. Ini terkait langsung dengan asimilasi tsaqafah Bani Israel yang bermigrasi kesemenanjung Arabia ke dalam tsaqafah bangsa Arab di masa pra-Islam.bersama hijrahnya Bani Israel ke semenanjung arabia, mereka membawa pula tafsir dan landasan agama mereka yang kemudian mereka wariskan dari generasi ke generasi di dalam kalangan mereka.
Tafsir dan landasan agama Yahudi memiliki posisi kuat dalam tradisi bangsa Israel di manapun mereka berada karena mereka memiliki sebuah sistem pendidikan agama terpadu yang mereka ajarkan dalam sekolah-sekolah agama yang mereka namakan El-Midras. Tempat pendidikan itu terintegrasi pula dengan rumah peribadatan mereka, Sinagoga.
Ketika ajaran Islam dan kitabullah lahir dan tersebar di kalangan penduduk Semenanjung Arab, Rasulullah saw. membangun pusat negara Islam di Madinah al-Munawwarah. Guna mendidik para sahabat, Rasulullah saw. menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di Masjid Madinah. Di kota Madinah terletak permukiman beberapa golongan Yahudi seperti Bani Qainuqa’, Bani Quraidzah, dan Bani Nadir. Sementara di sekitar Madinah, ada banyak umat Yahudi yang bermukim di Khaibar, Taima’ dan Fadak.
Ketika itu, ada beberapa kalangan ulama ahli Kitab di Madinah yang ikut memeluk Islam, seperti Abdullah bin Salam ra. Beliau dan orang semacamnya menjadi sumber rujukan bagi para sahabat untuk menanyakan secara rinci beberapa kisah yang ada dalam kitab Al Quran dan kebetulan juga ada didalam Taurat.
Walau begitu, para sahabat tidak mempercayai mentah-mentah apa yang diceritakan kepada mereka. Malah mereka sering menyangkal kisah-kisah yang tak masuk akal dengan dalil akal dan juga syara’. Mereka hanya menerima apa yang bisa diterima oleh akal sehat dan syara’ dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan keduanya. Selainitu, para sahabat membiarkan beberapa perkara yang tidak jelas tentang benar atau salahnya.
Ada beberapa kisah Israiliyyat yang kemudian menyebabkan kekeliruan dan mengganggu kemurnian ajaran Islam. Kisah-kisah tersebut biasanya yang berbumbu dongeng dan khurafat, yang bertentangan dengan akal sehat dan Syara’. Implikasi dari kisah-kisah macam ini sangat dalam, misalnya:
1. Dalam Riwayat Israiliyyat terdapat unsur-unsur penafikkan terhadap sifat maksum para Nabiyullah dan Rasulullah, serta menggambarkan mereka dengan imaji kekejian dan aib yang tidak layak bagi manusia yang dimuliakan oleh wahyu Allah. Sebagai contoh misalnya kisah bahwa Nabi Nuh as. minum anggur sampai mabuk dan telanjang, kisah bahwa Nabi Luth as. berzina dengan dua orang putri kandungnya, kisah bahwa Nabi Daud as. menzinahi istri panglimanya -Aurya, kisah bahwa Nabi Sulaiman as. menyembah patung-patung dan membangun kuil-kuil pemujaan untuk menyenangkan istri-istrinya,
2. Riwayat-Riwayat Israiliyyat berpotensi menyimpangkan kepercayaan umat Islam terhadap sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat dan Tabi’in. Ada banyak dongeng Israiliyyat yang riwayatnya dinisbatkan kepada kalangan salafus salih yang terkenal karena keadilannya dan reputasinya yang dapat dipercaya. Sebagian dari mereka bahkan terkenal di kalangan orang-orang Islam dengan tafsir dan Hadits yang diriwayatkannya. Mereka yang namyanya dicatut antara lain Abu Hurairah ra., Abdullah bin Salam ra., Ka’ab Al Ahbar, dan Wahab bin Munabih.
3. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi untuk memalingkan manusia dari tujuan Al Quran yang sesungguhnya dan dapat melalaikan umat dari pelajaran dan pemahaman maksud ayat-ayat Al-Quran, melalaikan umat dari pengambilan manfaat dan iktibar, serta nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya atau pemahaman tentang hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Riwayat Israiliyyat memiliki potensi memalingkan umat kepada perkara sia-sia. Misalnya membahas warna anjing Ashabul Kahfi dan namanya, membahas kayu bahan tongkat Nabi Musa as., membahas tentang nama anak kecil yang dibunuh oleh Khidir dan sebagainya.
Inilah akibat Riwayat Israiliyyat terhadap aqidah umat Islam dan juga terhadap kesucian ajaran Islam. Kaum Yahudi selalu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikis aqidah dan melemahkan kepercayaan umat Islam terhadap Al-Quran dan Al-Hadits. Mereka juga berusaha menggoyang kepercayaan umat Islam terhadap golongan salafussalih yang memiliki peran dalam memikul risalah umat Islam dan menyebarkannya ke segala penjuru dunia. Karena itu, umat Islam perlu mencermati dan memperhatikan serta mempertimbangkan penyerapan Riwayat Israiliyyat dalam tafsir-tafsir dan menyaringnya (Al-Zahabi 1990: 29-34).
Sumber:
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. 1990. al-Israiliyyat fi al-Tafsir wa al-Hadith. Qaherah:Maktabah Wahbah.
· Muhammad Hussin Al-Zahabi. t.th. al-Tafsir wa al-mufassirun. Qaherah: Maktabah Wahbah.
· Mazlan Ibrahim & Ahmed Kamel Mohamad. 2004. Israiliyyat dalam Kitab Tafsir Anwar Baidhawi.Selangor: Jabatan Usuluddin dan Falsafah Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia
· Ibn Khaldun. Abd al-Rahman b. Khaldun al-Maghribi. 1968. Muqaddimah Ibn Khaldun. Beirut: Dar Maktabah al-Hayat.
0 komentar:
Posting Komentar