Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan. Sungguh nikmat dari Tuhanmu tak akan pernah bisa engkau hitung. Demikian kurang lebih salah satu redaksi dalam kitab suci Al-Qur’an nul karim. Ini mengingatkan kita bahwa sungguh dan sebenar-benarnya pada apa-apa yang Sang Khalik Allah SWT berikan kepada kita baik itu nikmat hidup, nafas, umur, kesehatan, waktu luang, ilmu pengetahuan, kesulitan hidup, kegagalan, harta, tahta, wanita, dan dunia dgn segala isinya tak terkecuali anak dan diri kita sendiri sejatinya adalah amanah. Amanah hidup yg harus diemban, disyukuri, dijalankan, dan akan dipertanggungjawabkan ke hadapan -Nya kelak di hari akhir nanti. Karena jauh sebelum kita lahir kedunia, ruh kita telah bersaksi dan berjanji dgn Sang Khalik, Allah SWT di alam alastu (alam ruh) untuk bersedia mengemban amanah dan tanggung jawab menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Memakmurkan dan menjadikan bumi ini surga sebelum surga di akhirat nanti. Demikian pula anak kita. Anak adalah titipan Allah yg oleh karenanya merupakan amanah yg harus dipertanggungjawabkan. Anak adalah buah hati kita, belahan jiwa kita, penyejuk mata kita, penghibur hati kita, masa depan kita serta permata hidup kita. Maka jangan sia-siakan dan terlantarkan anak2 kita hanya karena kita sibuk dengan karir dan pekerjaan kita sehingga beragumen serta berapologi dan berdalih bahwa kita tak punya waktu untuk mereka. Kesibukan mencari nafkah, karir, dan pekerjaan janganlah menghalangi kita untuk tetap meluangkan waktu (meskipun barang sejenak) untuk anak-anak kita. Sesibuk apapun kita wajib kiranya untuk menyisihkan waktu untuk mereka. Sebab anak adalah investasi masa depan kita dunia dan akhirat. Jika kita bisa mendidik mereka dgn akhlak yg baik, budi pekerti yg luhur, kharakter yg kuat, pemikiran yg tajam dan hati yg jernih serta jiwa yg suci yg selalu berusaha untuk menyucikan dirinya maka insya Allah kita sedang membangun masa depan dan peradaban baru yg lebih cerah bagi kita dan anak-anak kita serta surga di dunia dan di akhirat nanti. Sesungguhnya setiap anak terlahir fitrah (dalam keadaan suci), orangtuanyalah yg menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, dan Majusi (penyembah api). Demikian sabda sang Nabi SAW jauh 14 abad yg lalu yg sangat sarat makna. Nabi telah meletakkan fondasi dan dasar yg sangat jelas dlm hal mendidik anak jauh sebelum doktrin dan thesis serta ajaran para ilmuwan modern dan pendidik baik barat maupun timur. Jika boleh diibaratkan, anak itu laksana adonan yg akan terbentuk mengikuti siapa yg membentuknya. Jika kita bentuk dgn cara yg baik dan benar serta berlandaskan ajaran2 dan norma2 agama maka insya Allah kelak mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yg sholeh/sholehah. Sebaliknya jika kita biarkan dan kita terlantarkan serta dgn sadar atau tdk kita sadari telah memasukkan racun dan virus2 jiwa yakni pendidikan yg buruk maka tdk heran mereka pun akan tumbuh menjadi anak2 yg buruk akhlaknya dan tabiatnya. Maka dari itu wahai kawan dan saudaraku, marilah kita berupaya lahir dan batin, mencurahkan segenap kemampuan kita untuk mendidik dan membentuk anak2 kita menjadi tdk hanya sebagai penyejuk bagi jiwa karena kesholehannya, tetapi juga sebagai penerang alam kubur kita dgn doa-doanya yg tak putus-putus dan pelita di akhirat nanti. Amin Ya Rabbal Alamin. Salam Jenius Luar Biasa!
Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan. Sungguh nikmat dari Tuhanmu tak akan pernah bisa engkau hitung. Demikian kurang lebih salah satu redaksi dalam kitab suci Al-Qur’an nul karim. Ini mengingatkan kita bahwa sungguh dan sebenar-benarnya pada apa-apa yang Sang Khalik Allah SWT berikan kepada kita baik itu nikmat hidup, nafas, umur, kesehatan, waktu luang, ilmu pengetahuan, kesulitan hidup, kegagalan, harta, tahta, wanita, dan dunia dgn segala isinya tak terkecuali anak dan diri kita sendiri sejatinya adalah amanah. Amanah hidup yg harus diemban, disyukuri, dijalankan, dan akan dipertanggungjawabkan ke hadapan -Nya kelak di hari akhir nanti. Karena jauh sebelum kita lahir kedunia, ruh kita telah bersaksi dan berjanji dgn Sang Khalik, Allah SWT di alam alastu (alam ruh) untuk bersedia mengemban amanah dan tanggung jawab menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Memakmurkan dan menjadikan bumi ini surga sebelum surga di akhirat nanti. Demikian pula anak kita. Anak adalah titipan Allah yg oleh karenanya merupakan amanah yg harus dipertanggungjawabkan. Anak adalah buah hati kita, belahan jiwa kita, penyejuk mata kita, penghibur hati kita, masa depan kita serta permata hidup kita. Maka jangan sia-siakan dan terlantarkan anak2 kita hanya karena kita sibuk dengan karir dan pekerjaan kita sehingga beragumen serta berapologi dan berdalih bahwa kita tak punya waktu untuk mereka. Kesibukan mencari nafkah, karir, dan pekerjaan janganlah menghalangi kita untuk tetap meluangkan waktu (meskipun barang sejenak) untuk anak-anak kita. Sesibuk apapun kita wajib kiranya untuk menyisihkan waktu untuk mereka. Sebab anak adalah investasi masa depan kita dunia dan akhirat. Jika kita bisa mendidik mereka dgn akhlak yg baik, budi pekerti yg luhur, kharakter yg kuat, pemikiran yg tajam dan hati yg jernih serta jiwa yg suci yg selalu berusaha untuk menyucikan dirinya maka insya Allah kita sedang membangun masa depan dan peradaban baru yg lebih cerah bagi kita dan anak-anak kita serta surga di dunia dan di akhirat nanti. Sesungguhnya setiap anak terlahir fitrah (dalam keadaan suci), orangtuanyalah yg menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, dan Majusi (penyembah api). Demikian sabda sang Nabi SAW jauh 14 abad yg lalu yg sangat sarat makna. Nabi telah meletakkan fondasi dan dasar yg sangat jelas dlm hal mendidik anak jauh sebelum doktrin dan thesis serta ajaran para ilmuwan modern dan pendidik baik barat maupun timur. Jika boleh diibaratkan, anak itu laksana adonan yg akan terbentuk mengikuti siapa yg membentuknya. Jika kita bentuk dgn cara yg baik dan benar serta berlandaskan ajaran2 dan norma2 agama maka insya Allah kelak mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yg sholeh/sholehah. Sebaliknya jika kita biarkan dan kita terlantarkan serta dgn sadar atau tdk kita sadari telah memasukkan racun dan virus2 jiwa yakni pendidikan yg buruk maka tdk heran mereka pun akan tumbuh menjadi anak2 yg buruk akhlaknya dan tabiatnya. Maka dari itu wahai kawan dan saudaraku, marilah kita berupaya lahir dan batin, mencurahkan segenap kemampuan kita untuk mendidik dan membentuk anak2 kita menjadi tdk hanya sebagai penyejuk bagi jiwa karena kesholehannya, tetapi juga sebagai penerang alam kubur kita dgn doa-doanya yg tak putus-putus dan pelita di akhirat nanti. Amin Ya Rabbal Alamin. Salam Jenius Luar Biasa!
0 komentar:
Posting Komentar