Kuliah di Universitas al-Azhar Mesir boleh dikatakan impian hampir setiap orang penimba ilmu. Tidak terkecuali anda juga barangkali termasuk di dalamnya. Kini impian itu sudah menjadi kenyataan. Anda kini sudah resmi menjadi mahasiswa Universitas paling sohor se antreo jagat raya, al-Azhar. Dalam hal ini anda pantas untuk berbangga, tetapi jangan dulu berlebihan, karena tugas anda belum selesai. Tugas utama anda berikutnya adalah bagaimana “menundukkan” al-Azhar ini, bagaimana menyerap dan mencerna ilmu-ilmu yang diberikannya sekaligus bagaimana membobol gelar Licence (Lc) dalam waktu yang tepat dan singkat untuk dibawa pulang ke Indonesia nanti. Apakah anda bisa melakukannya? Tentu sangat bisa selama anda punya keinginan dan kerja keras (baca: belajar) yang kuat. Anda tidak berbeda dengan kakak-kakak kelas anda yang kini sudah menyelesaikan tugasnya di al-Azhar ini, yang membedakan hanyalah waktunya saja; mereka lebih dahulu sementara anda segera menyusul. Bahkan, dari segi kemampuan dan motivasi barangkali anda jauh lebih unggul. Kini tinggal bagaimana meningkatkan, membuktikan atau paling tidak mempertahankan kemampuan dan semangat tadi. Anda harus selalu ingat bahwa pada dasarnya model belajar di mana saja sama; membutuhkan ketekunan, keuletan, kerajinan dan kesungguhan. Hanya saja, yang sedikit membedakan adalah intensitas, penekanan yang disesuaikan dengan lingkungan tempat anda belajar. Apa yang harus anda persiapkan untuk menghadapi al-Azhar? Sebelum menginjak lebih jauh persoalan kiat belajar yang harus anda persiapkan, yang pertama harus anda ingat adalah bahwa anda kini belajar di negara orang lain yang bahasa dan sisitem pengajarannya sangat berbeda dengan di Indonesia. Apabila ketika di Indonesia anda tidak mengalami masalah dengan bahasa karena bahasa sendiri, kini anda dituntut untuk menyampaikan keinginan Duktur dengan menggunakan bahasa Duktur tadi. Di samping itu, bila di Indonesia tidak ada istilah tidak naik tingkat di kuliah, kini anda dihadapkan pada sisitim sebaliknya, minimal tiga mata kuliah anda tertinggal, maka anda dinyatakan rasib atau tidak naik. Hal ini tentunya jangan dijadikan sebagai penghalang, tetapi sebaliknya harus dijadikan tantangan untuk terus belajar lebih giat. Inilah barangkali yang kemudian menjadi stigma bahwa kuliah di al-Azhar adalah sulit. Pernyataan sulitnya kuliah di al-Azhar sesungguhnya tidaklah semuanya benar. Betul, al-Azhar sedikit lebih sulit dibandingkan dengan kuliah di Indonesia karena system yang berbeda, tetapi tidak berarti tidak dapat ditembus dan dilalui. Selama ada kerja keras dalam belajar dan berdoa, anda dijamin dapat menembusnya. Ada beberapa kiat global yang dapat penulis suguhkan dalam rangka mengahadapi al-Azhar ini: Pertama, anda harus selalu ingat bahwa tujuan utama anda ke Mesir ini adalah untuk belajar. Mesir adalah surga bagi semua jenis manusia. Mesir surga bagi bussinessman, surga bagi mereka yang menyukai pergerakan politik, surga bagi mereka yang gemar berorganisasi, bahkan surga bagi mereka yang suka bermalas-malasan menghamburkan uang kiriman orang tua sekalipun. Dalam perjalanan studi, anda akan dihadapkan kepada kecenderungan-kecenderungan di atas. Permasalahannya, mampuhkan anda mempertahankan tujuan utama anda tadi yaitu untuk belajar? Meski tujuan utama anda adalah belajar, namun tidak berarti anda harus menutup diri dari kecenderungan-kecenderungan lainnya, hanya saja anda harus memberikan porsi yang lebih banyak untuk belajar mengingat dia adalah tujuan utama anda. Dalam ilmu manajemen, ada analog bagus yang dapat anda pegang dalam mengarungi studi nanti. Sebuah gelas kosong dapat anda isi dengan tiga elemen, batu besar, pasir dan air. Batu besar adalah symbol dari tujuan utama anda (primer/dharury), sedang pasir adalah tujuan kedua (skunder/hajiy) dan air adalah sampingan anda berikutnya (tersier /tahsiny). Elemen pertama yang harus anda masukan adalah batu besar karena di samping merupakan tujuan utama, juga masih dapat memungkinkan masuknya elemen lainnya, baik pasir maupun air. Namun, bila elemen pasir atau air anda masukan terlebih dahulu, maka batu besar yang merupakan tujuan primer anda jelas tidak dapat anda masukan. Batu besar dalam analog di atas, dalam kaitannya dengan anda adalah belajar dan menuntut ilmu, menyelesaikan kuliah di al-Azhar dalam waktu yang tepat. Sedangkan, pasir adalah symbol dari kegiatan anda lainnya, seperti organisasi dan tulis menulis. Demikian juga dengan air merupakan symbol dari kegiatan sampingan anda lainnya semisal bisnis dan berjualan. Ini penting mengingat terkadang setelah beberapa bulan anda tinggal di Mesir, “batu besar” itu berubah menjadi “pasir” atau bahkan “air”. Karenanya, tidak mengherankan, banyak di antara teman-teman yang belajarnya kemudian menjadi tersendat gara-gara batu besar yang seharusnya dimasukkan pertama berubah menjadi pasir dan air. Untuk itu, anda senantiasa harus mengingat bahwa batu besar anda ke Mesir ini adalah untuk belajar, bukan untuk yang lainnya. Kedua, mengenali diri. Hal berikutnya yang harus dilakukan adalah kenali diri anda masing-masing. Termasuk mengenali diri adalah mengenal kemampuan (basic), daya juhud, factor penghalang / pendorong serta kesehatan fisik dan lingkungan. Semua ini merupakan pijakan utama untuk merumuskan strategi berikutnya. Bagi yang kemampuannya sedang, berarti semangat belajarnya harus lebih hebat dan kuat serta bahkan mungkin lebih baik tidak mengaktifkan diri terlebih dahulu di organisasi sebelum paling tidak anda lulus dalam tahun pertama dan kedua. Toh, bila tahun pertama dan kedua anda selesai, kesempatan itu tidak akan hilang bahkan akan lebih tenang. Saya yakin, anda lebih mengerti diri anda sendiri. Saya yakin, anda lebih tahu kemampuan anda dalam bahasa Arab yang merupakan modal utama kuliah anda di al-Azhar. Bila anda merasa bahasa Arabnya masih kurang, maka yang pertama harus anda lakukan adalah memperkuat bahasa Arabnya, misalnya melalui bimbingan kepada kakak-kakak kelas. Saya yakin, anda juga lebih mengetahui kemampuan anda dalam daya hapal dan memahami bacaan. Karena dalam belajar nanti, ada beberapa bahkan banyak materi pelajaran yang harus anda hapalkan agar anda dapat lulus dalam mata kuliah (maddah) tersebut, misalnya maddah al-Qur’an dan Fiqh. Bila anda merasa kurang dalam hal ini, maka anda juga harus meminta bimbingan kepada kakak kelas di samping anda harus lebih banyak mengulang hapalan dan pelajarannya. Saya yakin, anda juga lebih mengetahui waktu-waktu yang lebih mudah untuk menghapal. Bila anda mengetahuinya, segera lakukan di waktu tersebut. Karena tidak semua orang sama dalam hal waktu yang tepat untuk menghapal. Ada orang yang lebih mudah belajar di tempat rame sambil mendengarkan musik, ada juga yang lebih mudah kalau di tempat sunyi, ada yang lebih mudah setelah shalat shubuh ada juga yang menjelang tidur. Semua yang saya sebutkan di atas, hanyalah di antara hal-hal yang harus anda kenali terlebih dahulu untuk diri anda. Bila semua ini sudah anda kenali baik, maka anda akan mengetahui cara efektif dalam merumuskan strategi belajar berikutnya. Ketiga, pengaturan waktu yang jelas dan tegas. Jelas maksudnya, kejelasan antara waktu belajar dengan aktifitas lainnya. Sedangkan yang dimaksud tegas adalah tegas dengan apa yang telah ditetapkan. Bila dalam sehari anda mentargetkan belajar 7 jam, maka harus diusahakan agar target itu tercapai. Apapun kegiatan yang mengganggu usaha pencapaian target, anda harus tegas meninggalkannya. Pengaturan waktu ini penting mengingat di antara factor penting yang menyebabkan sebagian teman-teman gagal dalam studinya, juga lantaran tidak pandai mengatur waktu. Jangan heran apabila anda mendapatkan orang yang pandai dan pintar tetapi gagal dalam studinya karena dia tidak bisa mengatur waktu. Waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar, malah dipergunakan untuk kegiatan lainnya semisal organisasi dan bisnis. Demikian juga jangan heran apabila anda mendapatkan teman yang sibuk dengan organisasi dan kegiatan lainnya tetapi sukses juga dalam studinya, karena dia bisa membagi waktu. Dia bisa membagi kapan waktu untuk belajar dan kapan pula untuk kegiatan lainnya. Berapa waktu yang tepat yang anda butuhkan untuk belajar di al-Azhar? Menurut pengamatan penulis, bagi mereka yang kemampuannya minimal pas-pasan, waktu dua bulan setengah dengan durasi belajar minimal 3 jam sehari dalam setiap term ujian, cukup untuk mengantarkan anda menjadi orang yang najah (lulus) dengan predikat maqbul (cukup). Waktu 3 jam ini dapat anda atur misalnya, satu jam di pagi hari, satu jam setelah waktu dhuhur dan satu jam lagi di malam hari. Dengan demikian anda dalam setiap term membutuhkan waktu 225 jam belajar dengan rincian bila dalam satu term ada 9 maddah (mata kuliah), maka setiap maddah membutuhkan waktu belajar 25 jam. Waktu 25 jam ini, 5 jam untuk membaca sambil mengetahui kata-kata yang belum anda ketahui artinya, 10 jam untuk membaca sambil memahami bacaan dan 10 jam untuk menghapal materi-materi pelajaran yang memang membutuhkan hapalan. Bila dikalkulasikan, maka dalam setahun (dua term) anda hanya membutuhkan waktu 450 jam atau sekitar 19 hari kurang 6 jam (dengan hitungan sehari 24 jam). Atau sekitar 37 hari lebih 6 jam bila satu hari dihitung 12 jam. Ini artinya, maksimal anda dalam setahun hanya membutuhkan waktu sebulan 7 hari untuk belajar demi mendapatkan maqbul dan najah ke tahun berikutnya. Masih tersisa sekitar 11 bulan untuk diisi dengan kegiatan lainnya semisal talaqqi (sorogan), organisasi, tulis menulis dan kegiatan bermanfaat lainnya. Meski waktu untuk belajar hanya sekitar satu bulan, namun konsistensi dan kontinuitas anda terhadap waktu tersebut betul-betul sangat dipertaruhkan. Untuk menuju ke arah dimaksud yang anda butuhkan hanyalah pengaturan waktu yang jelas dan tegas. Jelas bahwa minimal waktu belajar anda—kalau hanya mentargetkan maqbul—sekitar 225 jam tiap term atau minimal 3 jam setiap harinya, dan tegas, apapun yang menghalangi upaya pencapaian target anda harus tegas menolaknya. Keempat, semangat belajar yang ditingkatkan. Di antara kendala terbesar kita adalah model belajar ketika di Indonesia yang umumnya lebih santai, tenang, adem dan bahkan kadang sistem SKS (Sistem Kebut Semalam), terbawa ketika anda kuliah di al-Azhar. Padahal, harus selalu diingat bahwa kuliah di al-Azhar jauh lebih membutuhkan konsentrasi dan perhatian penuh ketimbang semasa anda di Indonesia. Paling tidak, mengingat perbedaan mendasar seperti factor bahasa dan system pengajaran sebagaimana yang telah penulis utarakan di atas. Keempat, persiapan yang matang. Tahap ini lebih ditujukkan kepada penguasaan materi yang memadai. Untuk dapat menguasai materi secara baik, dibutuhkan dua langakah penting: (1) membaca muqarrar (buku paket kuliah) yang tidak hanya beberapa kali tapi harus berkali-kali, mulai dari tahap membaca untuk mengetahui kata-kata yang belum diketahui artinya, membaca untuk memahami dan mendalami materi sampai kepada membaca untuk menghapal dan memantapkan pemahaman. (2) Untuk menguasai materi dengan baik, juga diperlukan membaca buku lain yang ada kaitannya dengan tema yang sedang dipelajari. Ini penting, mengingat muqarrar umumnya lebih singkat dan cenderung kurang jelas. Kelima, berdoa dan memohon doa. Menghadapi ujian di al-Azhar tidak hanya memerlukan persiapan jasmani saja dalam pengertian penguasaan materi tetapi juga kesiapan rohani yakni ketenangan. Untuk itu, berdoa adalah sesuatu yang harus dilakukan. Bukan hanya itu, mintalah juga doa kepada orang saleh dan orang terdekat kita terutama orang tua. Bila hati telah tenang, itulah bukti bahwa anda telah siap ujian. Demikian, di antara trik dan metode global yang bisa penulis suguhkan dalam menghadapi al-Azhar. Semoga apa yang saya paparkan berguna bagi kita semua sekaligus menjadi pemompa semangat taman-teman untuk terus belajar dan belajar. Semua mempunyai kesempatan yang sama, dan semuanya bisa, tidak ada lagi perbedaan antara lulusan pondok pesantren A dengan lulusan pondok pesantren B atau dengan yang non pesantren sekalipun, yang membedakan hanyalah usaha / kerja keras yang maksimal, belajar yang rajin dan kuat serta doa yang tidak boleh putus. Bila berkat idzin Allah kakak-kakak kelas anda yang otak dan basic-nya pas-pasan dapat menjebol pintu al-Azhar, maka anda yang otaknya cerdas dan basic-nya kuat jauh lebih mempunyai kesempatan untuk “menundukkan” al-Azhar. Tinggal sekarang, anda harus berani mencoba, siap berusaha dan tidak pernah lupa berdoa. Semoga. Penulis mahasiswa pascasarjana Universitas al-Azhar Kairo Jurusan Ushul Fiqh dan alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aep Saepulloh Darusmanwiat
Baca selengkapnya ..